Hai kawan, bagaimana kabarmu sekarang? Apakah kau masih seperti dulu? Aku rasa jawabannya adalah ya. Kau tidak pernah mengeluh tentang segala yang terjadi pada dirimu. Sepertinya kau adalah makhluk yang di ciptakan Tuhan tanpa air mata dan emosi, karena selama aku menjadi sahabat sekaligus adik bagimu aku tidak pernah melihatmu murung.
Mungkin aku akan ingatkan sedikit kenangan kita. Kemana langkahku pergi, kau selalu mendampingiku, tidak pernah sedikitpun untuk beranjak meninggalkanku walaupun kau seringkali ku bentak, tidak ada sedikitpun keraguan di wajahmu.
Ah, kau makhluk terindah yang pernah Tuhan kirim dalam hidupku. Hanya kau yang membuatku mengerti apa artinya hidup dan bagaimana cara untuk menikmatinya. Sungguh, aku selalu iri jika berada dalam dekatmu karenanya kini aku ingin menjadi sosok sepertimu. Bodoh, mana mungkin semua itu terjadi?
Aku benci harus mengatakan ini, tapi sungguh aku merindukanmu. Aku merindukanmu dalam tiap nafasku, sialnya kini aku merasa membutuhkanmu selalu ada disisiku sama seperti dulu. Kenapa harus sekarang aku menyadarinya? Saat kau tak mungkin bisa kembali lagi disampingku dengan senyum yang memperlihatkan deretan gigi-gigi putihmu itu. Sekali lagi, aku merindukanmu! Dengarlah kawan!
Dulu kau pernah berkata merindukan ayahmu yang telah menjadi matahari senja, maaf kini aku baru menyadari apa maksudmu itu. Ayahmu meninggal dalam kecelakaan laut saat bertugas, saat itu langit sedang senja dan ayahmu ditemukan sudah tidak bernyawa lagi. Kau menawarkanku untuk pergi ke pantai, saat itu aku menolaknya, dan kau hanya tersenyum lebar. Mungkin di tubuhmu memang tidak ada syaraf untuk marah ya?
Kemarin aku dengan seseorang yang saat ini menjagaku, pergi ke tempat yang kau inginkan, pantai. Disana aku dapat leluasa untuk melihat senjamu tanpa hiruk pikuk orang-orang yang ingin segera sampai tempat tujuan. Maaf, aku tidak menuruti inginmu dulu dan maaf aku menangis dalam dekapan senjamu.
Masih ingat saat kamu berkenalan denganku? Kau mengatakan bahwa namamu adalah Bintang, dan aku percaya. Saat aku menyebutkan namaku, dengan semangat kau mengganti namaku dengan Stella, yang baru-baru ini aku tahu bahwa artinya adalah bintang. Aku tidak pernah sepakat dengan nama itu, tapi kau selalu memanggilku dengan nama itu, dan sekarang aku sepakat dengan nama yang kau berikan itu.
Aku masih ingat terakhir kali bertemu denganmu. Pagi-pagi buta saat matahari masih enggan memancarkan sinarnya, kau membangunkanku dan mengajakku pergi ke suatu tempat. Entahlah, hingga saat ini aku masih tidak tahu dan tidak menemukan tempat itu. Padahal saat itu adalah hari sekolah dan sialnya kau mengajakku untuk membolos dan sampai rumah saat matahari telah di telan oleh bumi.
Kita pergi ke tempat yang sangat indah dan sejuk, tempat itu seperti bukit dengan hamparan rumput hijau berlapiskan embun. Di langit aku dapat melihat dengan jelas bintang-bintang sedang menari. Hingga fajar datang, aku tidak berhenti berdecak kagum menikmati keindahan alam semesta yang terbentang luas di sekitarku. Mungkin aku tidak perlu menyebutkan satu persatu saat itu, terlalu indah, hingga aku tak mampu menumpahkannya dalam kata. Setelah hari itu kau tiba-tiba menghilang. Sejujurnya saat itu aku mengkhawatirkanmu karena telah terbiasa dengan segala gangguanmu.
Suatu hari aku menerima pos, ternyata itu darimu. Sepucuk surat, buku diary dan sebuah boneka bintang. Aku segera membaca suratmu itu, dan semua memori tentangmu bermuculan.
Tugasku sudah selesai untuk menjagamu. Aku juga tidak ingin lagi menjadi
awan yang selalu memiliki beban dan menangis saat sudah tidak mampu lagi
menahan semua beban itu.
Segera aku membuka buku diarymu. Pada lembar-lembar terakhir aku melihat bekas darah. Disana kau menuliskan semua tentangku, tentang kita. kau selalu bahagia saat bersamaku. Sekali lagi, maaf aku terlambat mengetahuinya. Jika aku tahu, aku akan menggoreskan tinta terindah di sisa akhir waktumu.
Mungkin aku akan ingatkan sedikit kenangan kita. Kemana langkahku pergi, kau selalu mendampingiku, tidak pernah sedikitpun untuk beranjak meninggalkanku walaupun kau seringkali ku bentak, tidak ada sedikitpun keraguan di wajahmu.
Ah, kau makhluk terindah yang pernah Tuhan kirim dalam hidupku. Hanya kau yang membuatku mengerti apa artinya hidup dan bagaimana cara untuk menikmatinya. Sungguh, aku selalu iri jika berada dalam dekatmu karenanya kini aku ingin menjadi sosok sepertimu. Bodoh, mana mungkin semua itu terjadi?
Aku benci harus mengatakan ini, tapi sungguh aku merindukanmu. Aku merindukanmu dalam tiap nafasku, sialnya kini aku merasa membutuhkanmu selalu ada disisiku sama seperti dulu. Kenapa harus sekarang aku menyadarinya? Saat kau tak mungkin bisa kembali lagi disampingku dengan senyum yang memperlihatkan deretan gigi-gigi putihmu itu. Sekali lagi, aku merindukanmu! Dengarlah kawan!
Dulu kau pernah berkata merindukan ayahmu yang telah menjadi matahari senja, maaf kini aku baru menyadari apa maksudmu itu. Ayahmu meninggal dalam kecelakaan laut saat bertugas, saat itu langit sedang senja dan ayahmu ditemukan sudah tidak bernyawa lagi. Kau menawarkanku untuk pergi ke pantai, saat itu aku menolaknya, dan kau hanya tersenyum lebar. Mungkin di tubuhmu memang tidak ada syaraf untuk marah ya?
Kemarin aku dengan seseorang yang saat ini menjagaku, pergi ke tempat yang kau inginkan, pantai. Disana aku dapat leluasa untuk melihat senjamu tanpa hiruk pikuk orang-orang yang ingin segera sampai tempat tujuan. Maaf, aku tidak menuruti inginmu dulu dan maaf aku menangis dalam dekapan senjamu.
Masih ingat saat kamu berkenalan denganku? Kau mengatakan bahwa namamu adalah Bintang, dan aku percaya. Saat aku menyebutkan namaku, dengan semangat kau mengganti namaku dengan Stella, yang baru-baru ini aku tahu bahwa artinya adalah bintang. Aku tidak pernah sepakat dengan nama itu, tapi kau selalu memanggilku dengan nama itu, dan sekarang aku sepakat dengan nama yang kau berikan itu.
Aku masih ingat terakhir kali bertemu denganmu. Pagi-pagi buta saat matahari masih enggan memancarkan sinarnya, kau membangunkanku dan mengajakku pergi ke suatu tempat. Entahlah, hingga saat ini aku masih tidak tahu dan tidak menemukan tempat itu. Padahal saat itu adalah hari sekolah dan sialnya kau mengajakku untuk membolos dan sampai rumah saat matahari telah di telan oleh bumi.
Kita pergi ke tempat yang sangat indah dan sejuk, tempat itu seperti bukit dengan hamparan rumput hijau berlapiskan embun. Di langit aku dapat melihat dengan jelas bintang-bintang sedang menari. Hingga fajar datang, aku tidak berhenti berdecak kagum menikmati keindahan alam semesta yang terbentang luas di sekitarku. Mungkin aku tidak perlu menyebutkan satu persatu saat itu, terlalu indah, hingga aku tak mampu menumpahkannya dalam kata. Setelah hari itu kau tiba-tiba menghilang. Sejujurnya saat itu aku mengkhawatirkanmu karena telah terbiasa dengan segala gangguanmu.
Suatu hari aku menerima pos, ternyata itu darimu. Sepucuk surat, buku diary dan sebuah boneka bintang. Aku segera membaca suratmu itu, dan semua memori tentangmu bermuculan.
Dear My Star,
Adikku, bagaimana kabarmu? Aku harap kamu baik-baik saja seperti saat aku
masih ada di sampingmu. Aku disini baik-baik saja kok. Khawatir ya? Hehehe.
Maaf aku tiba-tiba menghilang setelah mengajakmu membolos saat itu.
Terserah jika kamu mengataiku seorang pengecut. Pada dasarnya aku memang
seorang pengecut
.Bintangku, aku ingin meminta sesuatu untukmu dan aku mohon kamu
memenuhinya. Tolong mulai saat ini jangan pernah pikirkan aku lagi dan lupakan
keinginanmu untuk menjadi sepertiku.
Jaga kesehatanmu. Atur pola
makan dan istirahatmu. Semua cita-citamu tidak akan tercapai jika pola hidupmu
tidak kamu ubah mulai dari sekarang. Satu lagi, jangan suka main lagi ya! Hehe.
Maaf selama ini kakak tidak bisa membuatmu bahagia, kakak
hanya menambah bebanmu saja, maafin semua kesalaha kakak ya Bintang Fajarku. :*
Kakak hanya bisa memberimu ini. Semua ini benda yang
selalu menemaniku sejak aku masih kecil. Setelah kamu selesai membaca surat ini
silahkan lihat buku diary kertasnya
sudah using dan boneka yang warnanya sudah tidak bisa di tebak lagi.
Jangan pernah cium bonekaku ya! Bisa membuatmu pingsan.
Hahaha. Kenapa? Karena boneka itu sudah lebih dari 7 tahun tidak aku cuci.
Jorok ya? Tapi kedua benda itu yang membuatku merasa dekat dengan ayahku.
Ayahku sudah tidak ada sejak aku berumur 10 tahun. Beliau
meninggal saat mejalankan tugasnya sebagai nahkoda. Beberapa hari tim SAR
mencari para korban yangtersisa termasuk ayahku. Mereka menemukan ayahku
terjepit di antara bangkai kapal dalam kondisi sudah tidak bernyawa. Saat itu
hari sudah senja, Mama menerima telepon yang memberitahukan bahwa ayahku sudah
di temukan.
Waktu itu aku ingin menceritakannya kepadamu secara
langsung, tetapi kamu menolak untuk pergi ke pantai. Saat itu aku berfikir
pasti ada kesempatan lain untuk menceritakan hal ini kepadamu, dan aku rasa ini
adalah kesempatan itu.
Oh ya, aku belum memberitahumu alasan kenapa aku
mengganti namamu. Stella itu berarti bintang.
Aku sangat menyukai bintang hingga namaku aku ganti menjadi Bintang.
Dulu saat ayahku masih ada, beliau pernah berkata bahwa
semua orang yang meninggalkanmu akan menjadi bintang di langit karena tugas
mereka telah selesai untuk menjagamu di dunia. Sekarang ayahku telah menjadi
bintang senja dan aku akan menemaninya.
Mungkin kamu berfikir aku tidak mempunyai masalah, karena aku memang ingin
terlihat seperti itu. Kenapa? Karena aku tidak mau melihat mendung di wajahmu
apalagi menjadi hujan.
Tolong jangan pernah menangis saat kamu terigat tentagku. Jadilah bintang
yang selalu memancarkan sinarnya untuk membahagiakan orang lain. Atau kamu juga
bisa menjadi seperti kelinci. Kelinci tidak pernah menangis saat ada beban. Dia
selalu menggemaskan dan dia tetap semangat untuk melompat-lompat. Janji ya? J
Saat kamu membaca suratku ini, aku sudah bahagia bersama ayahku. Aku
sekarang sudah menjadi bintang, dan akan selalu bersamamu dan menjagamu
kapanpun.
Sekarang aku sudah tenang jika harus menceritakan kepadamu apa yang
sesungguhnya aku rasakan. Aku sakit leukemia, sudah stadium akhir. Aku ingin
menikmati dunia bersama orang yang aku sayangi, kamu. Kamu adalah inspirasi
hidupku. Kamu kuat dan tak pernah ragu untuk melangkah. Kamu selalu menegakkan
kejujuran. Walaupun karena sikapmu teman-teman menjauhimu, tetapi kau bersikap
masa bodoh. Aku ingin menjadi sepertimu, tapi aku tidak bisa.
Kamu lebih daripada aku dan aku bahagia mengukir kenangan kebersamaan kita
di setiap detik waktuku yang semakin sedikit. Terima kasih atas segalanya.
Terakhir, aku akan meminta pada ayahu untuk mengirimkan bintang untuk
menjagamu disana dan ayahku setuju. Katanya, dia ada I sekirtarmu, dia berbeda
dai yang lainnya. Selamat mencari Stella!
-Mega-
Segera aku membuka buku diarymu. Pada lembar-lembar terakhir aku melihat bekas darah. Disana kau menuliskan semua tentangku, tentang kita. kau selalu bahagia saat bersamaku. Sekali lagi, maaf aku terlambat mengetahuinya. Jika aku tahu, aku akan menggoreskan tinta terindah di sisa akhir waktumu.
Aku
rasa aku telah menemukan bintang yang kalia kirimkan untukku. Namanya Fajar,
benarkah itu? Bintangku, aku mematuhi
apa yang kau inginkan, menjaganya dengan sebaik-baiknya.
Aku merindukanmu di setiap nafasku,
Mega Bintangku
Tidak ada komentar:
Posting Komentar