Senin, 17 Juni 2013

Pelapukan dan Pengikisan


2.1.Pelapukan / Weathering
Pelapukan adalah peristiwa penghancuran atau perusakan dan pelepasan partikel-partikel batuan. Proses pelapukan batuan membutuhkan waktu yang sangat lama.
2.1.1.      Faktor Penyebab Pelapukan
     Faktor-faktor yang mempengaruhi pelapukan antara lain :
Ø Keadaan struktur batuan.
Ø Topografi.
Ø Cuaca.
Ø Iklim.
Ø Vegetasi (organisme).
Hasil dari pelapukan ini merupakan asal dari batuan sedimen dan tanah. Kiranya penting untuk diketahui bahwa proses pelapukan akan menghancuran batuan atau bahkan melarutkan sebagian dari mineral untuk kemudian menjadi tanah atau diangkut dan diendapkan sebagai batuan sedimen klastik. Sebagian dari mineral mungkin larut secara menyeluruh dan membentuk mineral baru. Inilah sebabnya dalam studi tanah atau batuan klastika mempunyai komposisi yang dapat sangat berbeda dengan batuan asalnya. Komposisi tanah tidak hanya tergantung pada batuan induknya, tetapi juga dipengaruhi oleh alam, intensitas, dan lama pelapukan dan proses jenis pembentukan tanah itu sendiri.
Di alam pada umumnya ketiga jenis pelapukan (mekanik, kimiawi, organik) itu bekerja bersama-sama, namun salah satu diantaranya mungkin lebih dominan dibanding lainnya. Walaupun di alam proses kimia memegang peran yang penting dalam pelapukan, tidak berarti pelapukan jenis lain tidak penting. Berdasarkan pada proses yang dominan inilah maka pelapukan batuan dapat di bagi menjadi pelapukan mekanik, kimiawi, dan organik. Pelapukan merupakan proses-proses alami yang menghancurkan batuan menjadi tanah.
2.1.2.  Proses Terjadinya Pelapukan
Berdasarkan proses terjadinya, pelapukan dibedakan menjadi tiga, yaitu pelapukan mekanik, kimiawi, dan organik.
1.   Pelapukan Mekanik.
Pelapukan mekanik adalah proses penghancuran batuan menjadi bagian-bagian yang lebih kecil tanpa mengubah susunan kimia batuan. Faktor yang menyebabkan terjadinya pelapukan mekanik antara lain :
a.       Perbedaan suhu yang sangat besar antara siang dan malam. Kondisi itu umumnya terjadi di daerah gurun. Pada siang hari suhu udara di daerah tersebut sangat tinggi sehingga batuan mengalami pemuaian, sedangkan pada malam hari suhu udara sangat rendah sehingga batuan mengerut. Perubahan suhu itu menyebabkan batuan mudah retak dan akhirnya pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
b.      Pembekuan air di dalam celah-celah batuan. Air dalam keadaan cair akan meningkat volumenya jika membeku menjadi kristal-kristal es. Oleh karena itu, air yang membeku di dalam celah-celah batuan dapat menekan batuan sehingga pecah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil.
       Contoh: Pecahya batu-batuan menjadi klastika-klastika berukuran besar sampai yang kecil (bongkah, kerikil, pasir, debu, dan lempung) karena terus di tetesi air hujan atau air biasa.
2.   Pelapukan Kimiawi.
Pelapukan kimiawi merupakan proses penghancuran massa batuan yang disertai perubahan struktur kimia batuan. Pelapukan ini terjadi karena adanya pelarutan. Air hujan yang mengandung CO2 dan asam amoniak sangat besar daya pelarutannya. Selain itu, suhu udara yang sangat tinggi dan curah hujan yang besar mempercepat proses pelapukan kimiawi.
Contoh : Air hujan yang mengandung CO2 dapat melarutkan batuan gamping.
3.   Pelapukan Organik.
Pelapukan organik adalah rusaknya batu-batuan akibat aktivitas makhluk hidup. Aktivitas makhluk hidup ini ada yang bersifat mekanik ada pula yang bersifat kimiawi. Aktivitas mekanik menimbulkan pelapukan biomekanik sedangkan aktivitas kimiawi menimbulkan pelapukan biokimia.
Contoh: Batu yang di tumbuhi lumut lama kelamaan akan pecah dan hancur.

2.2.Pengikisan / Erosi
Pengikisan atau erosi adalah suatu proses pelepasan dan pemindahan massa batuan (termasuk tanah) secara alamiah dari suatu tempat ke tempat lain oleh zat pengangkut (air, udara, gletser, dan air laut) di permukaan bumi.
Erosi yang berlangsung secara alamiah dapat dikatakan tidak mengganggu keseimbangan lingkungan karena partikel-partikel tanah yang diendapkan seimbang dengan tanah yang terbentuk di tempat-tempat yang lebih rendah. Adapun erosi yang terjadi akibat kesalahan manusia dalam mengelola lahan dapat menimbulkan bencana. Misalnya penggundulan hutan dapat menyebabkan terjadinya tanah longsor.
Terjadinya erosi mengakibatkan hilangnya lapisan tanah paling atas yang banyak mengandung unsur hara organik dan mineral, tetapi sangat tipis. Terjadinya erosi diawali dengan pemecahan bongkah-bongkah batuan menjadi butiran-butiran yang lebih kecil oleh tenaga pengangkut, kemudian pemindahan butir-butir batuan tersebut, dan akhirnya pengendapat butir-butir batuan ke tempat yang lebih rendah.

2.2.1.      Proses Terjadinya Pengikisan
Berdasarkan proses terjadinya, pengikisan di bedakan menjadi empat, antara lain:
1.      Pengikisan oleh aliran permukaan (ablasi).
Ablasi adalah erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir air yang mengalir menimbulkan banyak gesekan terhadap tanah yang dilaluinya. Besarnya gesekan pada tanah dipengaruhi oleh besarnya air yang mengalir. Gesekan akan semakin besar jika gradient (kemiringan) lahan juga besar. Gesekan antara air dan benda-benda padat yang terangkut oleh air dengan tanah atau batuan di dasar sungai dapat menyebabkan terjadinya pengikisan. Pegikisan oleh air sungai yang terjadi secara terus-menerus dapat megakibatkan sungai berbentuk V, jurang atau ngarai, aliran deras, dan air terjun.
Erosi yang disebabkan oleh air yang mengalir dibagi dalam beberapa tingkatan, sesuai dengan tingkatan kerusakannya, yaitu sebagai berikut ;
a.      Erosi percik (splash erosion).
Erosi percik adalah proses pengikisan tanah yang terjadi akibat adanya percikan air. Percikan tersebut menyebabkan partikel-partikel tanah menjadi hancur dan kemudian di endapkan di tempat yang lain.
b.     Erosi lembar (sheet erosion).
Erosi lembar adalah proses pengikisan tanah yang tebalnya sama atau merata dalam suatu permukaan tanah. Ciri erosi lembar antara lain:
\    Air yang mengalir di permukaan tanah berwarna keruh (kuning kecoklatan) karena banyak mengandung partikel tanah.
\    Warna tanah di sekitar wilayah tersebut menjadi pucat (terang).
\    Terdapat bercak-bercak di permukaan tanah.
\    Kesuburan tanah berkurang karena banyak usur hara yang hilang.
c.       Erosi alur (rill erosion).
Erosi alur adalah erosi yang terjadi karena air yang mengalir berkumpul dalam suatu cekungan, sehingga di cekungan tersebut terjadi erosi tanah yang lebih besar. Alur-alur akibat erosi dapat dihilangkan dengan cara pengolahan tanah biasa. Ciri-ciri terjadinya erosi alur antara lain pengikisan membentuk alur-alur yang amat jelas dengan bentuk yang relatif lurus di daerah-daerah berlereng dan berkelok.
d.      Erosi parit (guly erosion).
Erosi parit adalah erosi yang terjadi seperti erosi alur, tetapi saluran yang terbentuk telah dalam, sehingga tidak dapat dihilangkan dengan pengolahan tanah secara biasa.
2.        Pengikisan oleh air/gel laut (abrasi).
Abrasi adalah erosi yang disebabkan oleh air laut sebagai hasil dari erosi marine. Tinggi rendahnya erosi akibat air laut dipengaruhi oleh besar kecilnya kekuatan gelombang. Erosi oleh air laut merupakan pengikisan di pantai oleh pukulan gelombang laut yang terjadi secara terus menerus terhadap dinding pantai. Hasil bentukan proses abrasi sebagai berikut:
*     Cliff, yaitu pantai yang berdinding curam dan terjal.
*     Relung, yaitu cekugan-cekungan yang terdapat di dinding cliff.
*     Dataran abrasi, yaitu hamparan wilayah pendataran akibat abrasi.
*     Pantai fyord, yaitu pantai berlekak-lekuk jauh menjorok ke arah daratan.
*     Pantai skeren, yaitu pantai seperti fyord, tetapi lekukan tidak terlalu dalam.
3.        Pengikisan oleh angin (deflasi).
Proses pengikisan batuan atau tanah yang dilakukan oleh angin disebut deflasi. Erosi angin banyak terjadi di daerah gurun. Angin kencang membawa kerikil dan pasir mengikis batuan yang dilaluinya. Bentuk-bentuk lahan yang dapat diamati akibat erosi angin antara lain batu jamur (mushroom rock).
4.        Pengikisan oleh gletser (eksarasi).
Erosi gletser sering disebut erosi glacial, yaitu erosi yang terjadi akibat pengikisan massa es yang bergerak menuruni lereng. Erosi gletser dapat terjadi di pegunungan tinggi yang tertutup salju, misalnya di Pegunungan Himalaya, Pegunungan Alpen, dan Pegunungan Rocky.
Ciri khas bentuk lahan akibat erosi gletser adalah adanya alur-alur lembah yang arahnya relatif sejajar. Erosi gletser yang berlangsung lama dapat membuat lembah-lembah yang dalam dengan bentuk seperti huruf U.

2.2.2.      Faktor Penyebab Pengikisan
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya erosi adalah :
1.    Iklim.
Faktor iklim yang besar pengaruhnya terhadap erosi tanah adalah hujan. Tenaga yang dimiliki oleh butir-butir hujan mengikis permukaan tanah, kemudian dihanyutkan melalui aliran permukaan. Tingkat erosi tanah yang dihasilkan bergantung pada jumlah dan intensitas curah hujan.
2.    Tanah.
Faktor tanah yang mempengaruhi erosi adalah sebagai berikut :
*   Tekstur tanah, yaitu perbandingan antara jenis liat, lempung, dan pasir.
*   Struktur tanah, yaitu sususan butir-butir tanah yang terdiri dari liat, lempung, dan pasir.
*   Infiltrasi, yaitu proses masuknya atau meresapnya air ke dalam tanah melalui permukaan tanah secara vertical.
*   Kandungan bahan organik, yaitu banyaknya bahan organik dan humus sehingga menentukan struktur tanah dan daya tahan air tanah.
3.    Topografi.
Topografi adalah bentuk kemiringan dan panjang lereng yang dapat menentukan laju aliran air di permukaan. Pada lahan datar percikan air melemparkan partikel tanah ke segala arah, sedangkan pada lahan miring partikel tanah banyak yang terlempar ke arah bawah sesuai dengan kemiringan lereng.
4.    Vegetasi.
Vegetasi penutup lahan antara lain berfungsi menahan jatuhnya air hujan langsung ke tanah dan menahan kecepatan aliran permukaan.
5.    Campur tangan manusia.
Kegiatan manusia yang kurang bijaksana dalam mengelola hutan dan mengolah lahan berpengaruh terhadap kerusakan lingkungan, terutama terjadinya erosi. Penebangan hutan secara liar merupakan contoh yang sangat umum hingga saat ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar